Cara Keliling Dunia Dengan Biaya Murah

 

foto Elok Dyah Messwati di Australia sumber: backpackerdunia.multiply.com

Jalan-jalan ke luar negeri itu terkesan mahal padahal saat ini banyak tiket murah. Padahal, traveling dengan budget terbatas pun amat memungkinkan. Biaya yang dibutuhkan untuk keliling Asia Tenggara bahkan dunia dapat berharga sangat murah asal tahu caranya. Elok Dyah Messwati, penulis buku independen berjudul “Backpacking Hemat ke Australia” dalam Pesta Media yang diselenggarakan Aliensi Jurnalisme Independen (AJI) Jakarta di Galeri Nasional menyatakan, salah satu cara yang perlu dilakukan, pertama adalah mencari tiket murah, minimal setahun hingga enam bulan sebelumnya . Elok mencontohkan bahkan ada yang menyetok 40 tiket untuk tahun 2013. Beli sekarang, terbang tahun depan. 

 “Sebelum menjadi penulis buku Backpacking Hemat ke Australia, tiket yang saya beli hanya nol dolar dan airport tax hanya 20 dolar. Dengan bobot 7 kilogram, tas bisa masuk kabin. Hingga saat ini, saya telah berkeliling ke Roma, Santurini, Geneva, Slovenia, Kroasia, dan sebagainya dengan menggunakan budget Airlines,” papar Elok.

 Sebagai contoh, biaya tiket penerbangan Paris-Venesia hanya berharga 5 Euro dan tambahan 5 Euro untuk kartu kredit (sekitar Rp 125.000). Dua bulan hanya menghabiskan Rp 4-5 juta. Harga tiket beberapa maskapai penerbangan Eropa memang tidak sampai satu juta. Kelemahannya: bandara jauh dari kota utama. Tapi hampir semua budget flight Eropa sudah pernah ia coba.

 Pesawat memang menjadi hal utama dalam transportasi. Setelah mendapatkan tiket pesawat murah, hal kedua yang perlu dipikirkan adalah akomodasi. “Beberapa penginapan di Bangkok, harganya sangat murah. Ada yang berharga Rp 40.000 – 50.000 per malam bahkan Rp 10.000. Menyewa sepeda hanya 4-5 dolar. Akomodasi di Vietnam hanya membutuhkan Rp 600.000 untuk 4 hari,” jelas Elok.

    Walau murah tapi memiliki fasilitas baik. Ada locker yang aman, jaringan internet dan bahkan dapat memasak sendiri. Di Australia, misalnya. Sekali makan, biasanya menghabiskan 10 dolar Australia namun dengan memasak sendiri, harga yang sama dapat digunakan untuk tiga kali makan berdua.

    Cara hemat lainnya adalah tidur di airport. Jika harus menggunakan taksi untuk pergi ke penginapan, butuh Rp 500.000. Pasalnya, budget airlines memang mendarat/terbang pada jam-jam yang tak nyaman. Pesawat dapat terbang dan mendarat lepas tengah malam hingga subuh. Tidak ada bus atau MRT pada jam-jam demikian sehingga cara satu-satunya adalah tidur di airport. Tidur di airport dapat menggunakan sleeping bag yang dapat menahan hingga minus lima seharga Rp 125.000. Harga menginap di hotel-hotel bandara dapat mencapai 100 Euro (Rp 1,2 juta) per malam. Sangat mahal.

          Cara lain adalah menginap gratis di seluruh dunia. “Ada komunitas bernama “Hospitality Lub/Coach Surfing”. Jumlah anggotanya dua juta orang dari seluruh dunia. Mereka membuka rumahnya bagi para backpaker lain (menjadi host). Saya sudah tujuh kali menginap di “host” bersama suami dan total sudah menghemat 2.000 dolar.” Para “host” umumnya mengajak mengajak makan bersama dan meminjami mobil. Anggotanya perlu mendapat referensi untuk menjamin kepercayaan dan keamanan. Referensi baru dapat diberikan jika yang bersangkutan, misalnya, pernah bertatap muka secara langsung atau aktif mengikuti pertemuan anggota. Hasilnya, kami semua menjadi seperti saudara. Ada “host” yang baik, adapula yang tidak.

    Mudah sekali cara menjadi “host”. Anda cukup menulis syarat yang dibutuhkan. Misalnya: “saya dapat menerima tamu wanita maksimal dua orang, tidur bersama saya” dan seterusnya. Konsepnya bukan hanya menginap gratis tetapi mengenal local people dan mempelajari cara hidupnya, belajar open-minded. Tak heran jika Elok menyebut backpaker menjadi duta-duta bangsa. Saat bercerita mengenai Indonesia, minimal satu orang “teracuni” pergi ke Indonesia. “Saya tak ingin sekedar menginap di rumah host untuk numpang tidur. Saya pun ingin bertemu orangnya dan mengenal keseharian mereka. Adakalanya kami bertukar kebudayaan dalam ruang tidur. Itu sebabnya jika hanya sehari pergi, saya memilih tidak menginap di host,” papar Elok.

 Perbedaan bahasa pun tak jadi masalah. “Pernah suatu kali seorang host di Riga, Latvia, sama sekali tidak dapat berbahasa Inggris sehingga seharian berjalan harus menggunakan Google Translete.” Cara lain adalah menginap di hotel bintang empat lewat pemesanan online. Beberapa hotel bintang empat umumnya menyajikan promo beberapa bulan sebelumnya.

    Tiket Juni hingga Desember biasanya mahal sedangkan Mei-Oktober relatif murah. Harga 300 Euro per malam dapat menjadi 50 Euro per malam untuk berdua atau 25 Euro per orang, padahal asrama saja 20-30 Euro per orang. Elok mengatakan bahwa ia sangat fleksibel. Jika tak ada host, ia dapat tidur di trotoar. Emperan kota pun jadi. Dengan semangatnya, Elok punya cara lain membenahi pola pikir generasi penerus bangsa. Ia mengajak anak-anak muda melakukan traveling backpaker untuk membuka mata mereka. Hasilnya, banyak anak muda yang berubah sikap.

   Mereka memiliki manajemen diri dan manajemen uang yang lebih baik, di samping tentunya meningkatkan kualitas bahasa Inggris. “Ada seorang anggota anak muda yang tadinya gemar marah-marah. Jika kemauannya tak dituruti orang tua, ia banting-banting barang. Setelah traveling, ia menjadi sosok yang berbeda. Ia lebih menyayangi orang tua, tahu bagaimana orang tuanya sulit mencari uang.” Selain itu, Elok juga mengamati mereka menjadi lebih kritis terhadap Indonesia. Cara pandang mereka berubah. Elok pun makin yakin bahwa upayanya membangun komunitas traveling backpaker terutama di kalangan anak muda akan mendorong mereka berpikir out of the box akan dunia luar. “Baru setelahnya mereka dapat menghasilkan feature, artikel maupun buku mengenai traveling,” tambah Elok. *

0 Response to "Cara Keliling Dunia Dengan Biaya Murah"

Posting Komentar

eXTReMe Tracker